Mungkin tanggapan saya berlebihan, tapi pada kenyataannya warga di sekitar saya menyadari bahwa sosial media yang mereka bangun tidak hanya berimbas pada ketenaran pribadi, bahkan monetasi kecil sering terjadi walaupun pada hakikatnya ‘judul’ yang mereka bangun bukan berlandaskan bisnis.
Pentingnya Identitas Sosial Media
Bisa dilihat dari akun sosial media yang berada dijaringan Anda, disela-sela percakapan umum setidaknya muncul sebuah status mendadak yang jelas menawarkan transaksi. Ini bukan akun bisnis, tetapi setiap orang bisa saya katakan sebagai pelaku.
Contoh kecilnya; teman Anda secara mendadak menawarkan gadget kepada siapapun yang membaca statusnya. Dan jelas bahwa sosial media seperti kalimat yang berbisik disela-sela percakapan umum jaringan Anda.
Seseorang pernah bertanya pada saya, perlukah membuat akun sosial media yang secara khusus membahas ‘praktek’ jual beli? Saya hanya memberi gambaran bahwa memajang identitas terpercaya sudah cukup membuat kepercayaan dimata orang lain. Katakan sebenarnya ‘Siapa saya’ dan‘Dimana Saya’ yang tentunya hal ini sulit dan akan semakin sulit.
Perlukah Akun Sosial Media ‘Khusus’?
Umumnya, personisasi sosial media di negeri ini hanya berjalan setengah, tidak melangkah jauh dan memburamkan sisi yang benar-benar dibutuhkan orang lain. Sebagai contoh, ketika saya mencari akun seseorang di pencarian sosial media, mereka muncul tapi sayangnya informasi tentang data pribadi tidak jelas, apalagi foto yang terpajang bukan dirinya. Seandainya Anda menawarkan sesuatu secara mendadak (dalam kategori bukan pelaku bisnis yang mendadak butuh uang), siapa yang percaya?
Akan lebih baik jika kita membangun sebuah akun yang nyata, membangun komunitas didalamnya, seketika ucapan Anda akan sangat berharga layaknya emas dan permata. Dari sini, keputusan menggunakan sosial media menjadi pilihan, sekedar sosialisasi, bisnis, atau keduanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar